Keindahan Itu Akan Pergi, Seperti Pelangi Di Sore Hari


Pernahkah kamu merasakan sepi dalam hidup ini. merasa bahwa di dunia ini kamu tidak memiliki teman. Padahal disekeliling kamu ada banyak teman yang selalu ada, tetapi rasanya semua teman-teman kamu tak bisa mengerti dengan apa yang kamu rasakan. Bahkan kamu pernah berfikir bahwa mereka itu tak pernah peduli dengan kamu. Sehingga aku merasa sendiri dalam menjadi merasa sendiri dalam menjalani kehidupan yang berjalan ini. kamu merasa kesepian, rasanya sunyi dan senyap hambar ketika kamu menjalani rutinitas sehari-hari. Bangun tidur melihat pagi, merasakan mentari lalu berkegiatan sampai senja kembali menghampiri. Hingga malam yang akhirnya menutup mata, seolah tanpa ada hal yang membuat kamu tersenyum sebelum akhirnya bermimpi. Mungkin saaat itu kamu sedang berada dalam kondisi yang butuh sekali akan suatu perhatian, kepedulian dan juga tempat untuk saling bercerita dan berbagi. Entahlah mengapa aku merasakan itu semua.

Suatu ketika akhirnya ada sosok yang tersenyum pada aku. Entahlah, rasanya itu memang benar-benar suatu keadaan yang berbeda dari biasanya. Tidak seperti senyum-senyum orang lain yang rasanya hanya sebuah formalitas saja. Tetapi, senyumanya memang berbeda. Berbeda ketika aku dalam merasakanya. Bahkan berbeda dalam aku memaknainya. Akhirnya tanpa aku sadarai, aku pun sering merasakan senyum sapanya di hari-hariku. Dia seolah memberikan setitik sorot cahaya dibalik sunyinya kesepian yang sedang melanda hatiku. Sejak itu, rasanya ada cahaya yang membuat aku tak merasa kesepian lagi. Duniaku terasa cukup terang, padahal dunia juga masih saja seperti biasanya dan tak ada yang berbeda.

“ Aku bahagia, Karena ada kamu dalam anganku dan hidupku.”

Setidaknya kata itulah yang ingin aku sampaikan kepadanya. Mengungkapkan bahwa aku merasakan apa itu sebuah kebahagian ketika kehadiranya datang menghampiri. Dia kini sering memberikan perhatian, sekecil apapun itu aku menjadi merasa berarti. Dia sering membuktikan kepedulian, hal itu membuat aku merasa menjadi orang yang penting baginya. Seringnya perhatian dan kepedulian itu membuat aku semakin akrab dan dekat dengan dia. Setiap hari seolah tak lepas dari sapa candanya. Hingga akhirnya aku merasa bahwa kita ini memang cocok dan dia istimewa. Dia pun kini menjadi sosok  yang istimewa.

“Betapa bahagianya diriku kala merasakan kehadiranmu, Engkau memberikan warna tersendiri dalam kehidupanku yang selama ini buram akan masa laluku.”


Terkadang aku pun takut semua yang telah terasa dihati hanyalah sebuah ilusi belaka. Namun semua kedekatan dan keakraban denganya hanyalah kebaperan diriku saja. Aku pun takut hanya menjadi korban dari perasaan yang terlalu berharap mendalam. Apakah dia hanya bermain-main saja dengan semua perhatianya. Namun aku pun mengerti tak ingin menyalahkan diri aku sendiri dengan semua perhatianya. Semua yang telah terasa ini juga tumbuh karena semua perhatian dan kepedulian yang dia berikan.

Sejenak aku berfikir kedepan, berharap semua ini akan menjadi suatu perjalanan yang akan indah dimasa depan kelak nanti. Bisa menjadi runtutan cerita yang berjalan dengan kisah yang indah yang dijalani bersama. Tak hanya khayal jika akhirnya aku menyelipkan namanya dalam barisan-barisan doa yang aku ucapkan, atau bahkan aku menjadikanya sebagai doa yang aku prioritaskan.

“ Cinta itu memang manis, Tetapi lebih manis jika tak pernah ada kata berakhir.”


Aku berharap dengan keindahan akan hadirnya ini tak akan hilang. Bisa terus berjalan dengan terjalin dan terasa, membuat aku lebih kuat dan semangat. Tidak ada bangun pagi yang terasa hambar, tidak ada lagi hari-hari yang tanpa keistimewaan akan hadirnya. Hingga berharap ada yang membuat aku tersenyum dikala aku bermimpi. Tak lain, hati ini sudah berharap bahwa dihidup aku akan bisa selalu ada.

Waktu ternyata berkata lain, detik demi detik membuktikan apa yang tidak aku inginkan. Entah sejak kapan rasanya dia mulai meredup dalam kehidupanku. Sinar senyum sapanya tak lagi seterang dahulu. Perhatian dan kepedulian dia seolah selangkah demi selangkah menjauh dari diriku. Dia seolah berjalan mundur, dan akhirnya melambaikan tanganya padaku. Seperti memberi isyarat bahwa dia akan beranjak pergi, entah itu pergi kemana. Rasanya menjadi kehilangan, padahal aku masih sering melihatnya atau mungkin sering mendengar kabarnya. Namun apa daya, hadirnya ternyata bukan untuk aku.

"Cukup sampai disinikah? Atau bertahan sedikit lagi?"


Aku tak mampu untuk membayangkan, keindahan yang pernah aku lihat dan rasakan, kenapa harus berlalu dengan cepat. Rasanya pada hati ini kita sudah serius untuk melangkah bersama kedepan. Namun kenapa dia pergi? Namun kenapa dia menghilang? Dan kenapa harus meninggalkan aku seorang?. Hingga terkadang manusia yang sekuat apapun itu akan meneteskan setitik air mata yang tak bisa menutupi kesedihan dan karena merasa telah kehilangan sosok orang yang begitu berarti. Seseorang yang pernah membuat aku sering tersenyum namun akhirnya melangkah mundur dan pergi. Sosok yang pernah membuat kita semangat, namun kini hanyalah khayalan yang ada dalam pikiran.

“Ternyata dirimu seperti pelangi, Begitu indah nan elok dalam hidupku, Namun hadirmu hanya sekejap saja lalu menghilang”

Sedih memang hal biasa, apalagi sedih karena kehilangan sosok yang dicintai dan diharapkan. Namun terlalu meratapi kesedihan tentu akan membuat aku terpuruk dalam masa lalu. Justru hatiku akan semakin sepi dibuatnya, sakit dan terasa sakit karena seolah tak bisa menerima kenyataan yang ada. tentu aku harus berfikir bahwa memang pelangi yang indah pantas segera untuk pergi menghilang. Walaupun begitu indah namun ternyata dia hanya keindahan sementara. Akan tersapu angin dan menghilang dibalik sinar mentari yang tertutup awan mendung di sore hari. Mungkin aku harus menemukan sosok mentari, yang hadirnya selalu setiap hari, sosok yang setiap pagi mau menyinari, bukan pembiasann layaknya pelangi yang hanya akan datang dikala hujan sore tersinari mentari. Aku yang terdiam diri terpuruk akan masa laluku tentu akan melihat sosok mentari, karena sinar mentari hanya bisa aku lihat saat aku melangkah keluar menatap kedepan. Sudah saatnya aku tak terbuai dengan keindahan dalam kenangan, karena masih banyak keindahan masa depan yang perlu aku sambut dengan penuh senyuman.
Previous
Next Post »
0 Komentar