Aku Terlalu Takut untuk Kehilanganmu Jika Aku Berharap Lebih


Bukanlah perkara mudah untuk bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan kepada seseorang yang kita harapkan kehadirannya. Rasa takut yang kian menghampiri membuat kita jadi lupa diri, siapa kita dan apa maksud kita untuk bisa bersamanya, bahkan kita akan kehilangan keseimbangan pikiran ketika berada disampingnya.

Apa yang akan kita ucapkan selanjutnya, apa yang akan dia jawab, seperti itulah perasaan yang kian menghantui disetiap pertanyaan.

Memang bodoh mungkin ketika kita menyembunyikan perasaan kita terhadap dia yang kita banggakan, dia yang selalu hadir dalam tiap baris doa kita, dia yang selalu kita bicarakan bersama sahabat, dia yang kita ceritakan kepada kedua orang tua kita, dan dia yang selalu membuat kita tersenyum dengan sendirinya tanpa kita sadari.
Tak sadarkah kau disana ? Ketika bersamamu ku tak bisa memalingkan sedetikpun dari kata yang kau lantunkan.
"Alasan sederhana yang ku ungkapkan adalah, “Aku terlalu menghormatimu, dan aku terlalu takut untuk kehilanganmu.

Bukanku tak punya nyali untuk mengungkapkan, bukan aku tak punya keberanian untuk mengutarakan, tetapi sudah menjadi kewajibanku untuk menjaga kehormatanmu, dan sudah menjadi ketakutanku untuk kehilanganmu.

Ketika aku menyampaikan perasaanku terhadapmu, tidak ada jaminan kau akan selalu berada disampingku. Bukan aku penakut, hanya saja aku tidak mau mengikuti keegoisanku, aku sadar bahwa kau lebih berarti dari sebuah hubungan yang takan ada berujung.
Maafkan ku sayang, ku terlalu takut untuk kehilanganmu.
Kumencintaimu bukan karena nafsu, ketika kumengungkapkan apa yang aku rasakan tanpa adanya hubungan pernikahan, percayalah itu adalah nafsu bukanlah cinta. Tolaklah semua yang aku katakan, jauhilah aku sebisamu, palingkan wajahmu dari hinanya perkataanku.


"Izinkan aku tuk memperbaiki diri, dan yakinkan kepadaku bahwa kau tak akan ke lain hati. Tunggu aku di altar bersama walimu. Sesaat setelah aku menghela nafas, kau telah sah jadi milikku."

Untukmu seseorang yang sedang berbahagia disana dengan kesendiriannya, tunggulah aku untuk saat ini. Memperbaiki diri sedang kujalani, memantaskan diri sedang kuperbaiki. Jarak memang memisahkan, perkataan memang mengisyaratkan, tapi ingatlah satu hal ketika kau berada disana.

Aku memperbaiki demi kebahagiaan, demi bisa bersamamu dalam suatu hubungan yang bisa dipercayakan kedua orangtuamu kepadaku. Akupun tak tahan dengan status yang kujalani saat ini. Aku belum bisa mengubah niatanku untuk bisa bersamamu dalam ikatan yang terjalin dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Persiapkan hari itu, hari dimana aku kau dan penghulu berada diantara wali dan saksi.
Kuberjanji persiapkan hari dimana kebahagiaan adalah pondasi untuk kita menjadi, bukan hanya janji yang akan ku berikan tetapi bukti yang telah ku siapkan. Persiapkan dirimu untuk kelak menjadi milikku, kan ku ucapkan janji sumpah yang sudah menjadi ciri bahwa kita sudah layak untuk menjadi.

"Aku lebih memilih mencintaimu dalam hening, karena itu bisa membuatku merasa bahwa akulah yang terhebat dengan bisa memilikimu tanpa harus menyentuhmu."

Jika memang kau tak mengizinkanku untuk bisa bersanding denganmu, izinkan aku untuk bisa mencintaimu dalam diam, karena hanya itulah yang bisa kulakukan saat ini. Ketika tiba waktunya, kau akan mengert arti diamku selama ini.

Bukti kan kucari. Untukmu sang pujangga hati, suatu saat nanti akan kubuktikan bahwa tempat ini memang bukan untuk lain hati. Percayakan tiap langkahmu pada apa yang akan kau tuju, dan kujanjikan kita bersama ketika semesta berbicara.

Sulit memang meyakinkan hanya dengan kata-kata, tetapi inilah fakta kehidupan yang sebenarnya ketika kau dan aku untuk saat ini tidak bisa menjadi kita. Maka untaian janji yang mungkin untuk saat ini tanpa ada bukti yang bisa kuwujudkan.

Percayalah meskipun kita saling mencintai dalam diam, kita akan dipersatukan oleh-Nya, dan semesta akan memberi imbalan setimpal atas kesabaran kita menuju altar kebahagiaan. Percayalah dengan segenap hatimu, aku memang mencintaimu dalam diam.

"Menjagamu dalam doa tanpa tahu apapun itu nantinya."

aku memang bodoh dalam hal seperti ini.” Perasaanku lah yang “Bodoh” yang sampai saat ini masih terlalu berharap padamu. Sungguh seperti itulah, selalu terus berharap walaupun tidak ada kepastian. Mungkin aku hanya bisa menyukaimu dalam diam, diam-diam membisikkan namamu dalam doa menyimpan namamu secara utuh dalam hati mencintaimu dalam bulir air mata tanpa banyak bertanya…
 “Yaa .. Memang cinta itu butuh perjuangan. Tapi apakah aku disini harus berjuang sendiri akan hal ini terhadap mu? Sementara apakah selama ini perasaan mu sama seperti apa yang aku rasakan?"
Tenanglah, ku selalu berdoa akan kebahagiaan mu yang baru tanpa ku disisimu.

Kuyakin kelak kita kan bahagia dengan jalan kita masing-masing… dengan arah hidup kita masing-masing… dengan tanah yang berbeda, angin yang berbeda, sungai yang berbeda, tebing yang yang berbeda, kerikil yang berbeda namun tetap dengan tujuan yang sama kebahagiaan dunia akhirat walau tak bersama selamanya.

Karena ku tahu sesungguhya cinta ku padamu tak melebihi rasa cinta ku pada tuhan dan orang tua ku. maka dari itu biarkan aku bahagia dengan jalan yang tlah mereka pilihkan untuk mu,, walau tak bersama mu aku tak apa, biarkan ini jadi cinta yang suatu saat nanti akan kau rasakan Tanpa perlu aku memberi alasan.
Previous
Next Post »
2 Komentar