Kamu Telah Pergi, tapi Kenangan Bersamamu Selalu Tersimpan


Senjaku berlari. Berlari bersama waktu yang tersembunyi. Ia pergi dengan jejak waktu yang menepi pada ombak di laut lepas yang bergemuruh sepi. Sepi yang menyelinapi hari kian menari menusuk hati ini. Siapa sangka dirimu yang berlari memalingkan hari penuh misteri. Jalannya pun masih menjadi tanya yang menepi menjelajahi seisi ruang lingkup hati yang bernyanyi dan menari kian kemari.

Senjaku yang berlari, pergilah sesuka hatimu. Takdir yang tercipta tak pernah berdusta. Jalan yang bercerita tak pernah luput dari perhatian semesta. Senjaku yang berlari. Namun namamu kian mencandu tepat dihati ini. Apakah kamu memahami? Sepeninggalmu, aku enggan mencari nama-nama yang lain lagi. Aku tak ingin mencari sosok yang lain. Biarlah kamu berlalu, biarlah sepeninggalmu menjadi kisah abadi yang patut untuk kuresapi sendiri. Bersama bentangan waktu yang bercerita, bersama jejak waktu yang menyimpan namamu kian abadi diingatan dan didalam hati.

Aku enggan mencari nama-nama yang lain pada cerita yang pernah kita sematkan dan rajut dahulu. Hati ini masih nyaman berbisik tertuju tepat kearahmu. Duhai sang penjaga hati. Saat aku menepi, aku sedang memandang perahu yang berlayar dengan tenangnya. Ia melaju dengan kejauhannya. Seperti ragamu yang saat ini berlari, laksana ragamu yang saat ini menghilang bersama ombak di laut lepas.

Aku tak menyalahkan diri, karena hingga detik ini hatiku masih berlabuh tepat ke arahmu. Biarkan aku sendiri bersama Ilahi menata hati dan hari bersama jejak waktu menyimpan namamu yang abadi. Biarlah aku sendiri bersama Ilahi mengikhlaskan hati yang meradang sunyi sepeninggalmu pergi.

Tak mengapa jika engkau enggan peduli. Biarlah aku sendiri yang menitipkan kasih di sepertiga malam pada sujudku kepada Ilahi Rabbi.

Dirimu masih lekat dihati. Dirimu masih tetap sama seperti dahulu, sosok yang aku kenal dan mengenali hatiku meskipun dalam jarak bentangan hari. Menghembuskan diri bersama senja ku yang berlari. Meredupkan diri tanpa kompromi. Tanpa ingin kuakhiri. Namun pijarnya masih tetap menerangi dan menemani hati ini. Pijarnya masih mengisi relung jiwa yang berbisik lirih pada sebaris nama dalam doa, menyinggung rupa bermuram sendu saat harus melepasmu

Previous
Next Post »
0 Komentar