Kepada Kamu, Aku Berharap, Doakan Saja, Semoga Aku Kuat



Sebelum kamu datang, cinta dan segala remeh temeh soal perasaan tak pernah membuat aku penasaran. Lebih baik fokus soal pekerjaan, toh perkara menikah juga belum saatnya dipikirkan. Namun, kamu akhirnya datang dan membolak-balikkan hidup aku. Kehadiranmu membuat aku percaya, kalau cinta bisa membuat hidup terasa jauh lebih bahagia. Pendampinganmu meyakinkan aku, bahwa masa depan akan lebih indah jika dijalani berdua.

Entah orang-orang menganggap aku apa, mungkin alien atau semacamnya. Di antara teman-teman sepermainan, akulah yang paling minim pengalaman. Jika teman-teman saling bercerita soal mantan, aku hanya akan diam mendengarkan. 

Dan kamu, kamu adalah penyebab perubahan terbesar dalam hidup aku. Bersamamu, aku lebih menikmati hidup hingga setiap menit dan detiknya. Kamulah yang membuat aku merasakan betapa bahagianya dicintai. Kamu pula yang membuat aku percaya bahwa tempat paling nyaman memang bahu orang yang paling diakung. Jika boleh jujur, aku sering merasa jadi yang paling bahagia di dunia. Punya pasangan yang selalu bisa diandalkan membuat aku mantap menatap masa depan. Kamu dan aku sudah demikian cocoknya, pasti lebih mudah bagi kita untuk bertahan dan menua bersama.

Aku sering membayangkan tentang keluarga kecil kita nantinya. Ada aku, kamu, dan dua malaikat kecil yang dititipkan Tuhan pada kita. Meski sibuk dengan urusan pekerjaan, kamu selalu berusaha pulang tepat waktu. Buru-buru menuju rumah demi segera memeluk istri dan kedua anakmu. Walaupun kita sedang berselisih paham, kamu selalu berhasil meredam amarah dan memberi aku pelukan sebagai tanda perdamaian.

    Ah, banyak hal yang ingin aku wujudkan bersamamu. Banyak harapan yang aku titipkan di pundakmu…    

Mungkin, aku memang masih minim pengalaman dalam membina hubungan. Aku sadar, ada kalanya diri aku terlalu egois hingga memaksakan sesuatu yang sebenarnya tak kamu inginkan. Beberapa kali pula aku pernah membuatmu kesal lantaran sikap aku yang kadang kekanak-kanakan.
Namun, akuilah bahwa kamu pun tak lantas luput dari kesalahan. Sekian lama bersama, entah berapa kali kamu menyakiti hati aku. Kata-kata kasar dan menyinggung perasaan awam keluar dari mulutmu. Kalimat-kalimat yang intinya merutuki kekurangan dan ketidaksempurnaan aku pun sudah bukan lagi hal yang tabu.

Sekian lama bertahan, tapi kini aku sudah benar-benar sadar. Mungkin kita pernah sama-sama berjuang, tapi di titik ini aku harus berhadapan dengan dua pilihan. Bersamamu adalah sebuah kebimbangan, antara harus diakhiri atau justru dilanjutkan.

Kamu bukan lagi kebahagiaan dalam hidup aku, tapi kehadiranmu jelas jadi pelajaran paling berharga. Pertengkaran demi pertengkaran denganmu membuat aku sadar siapa diri aku sebenarnya. Kegagalan hubungan kita menjadikan aku mengerti tentang apa yang sebenar-benarnya aku inginkan. Ternyata memang bukan kamu. Di titik ini aku harus ikhlas merelakan. Mulai detik ini aku harus berhenti menumpuk harapan. Aku dan kamu punya impian yang berbeda tentang masa depan. Perbedaan itu pula yang memaksa kita untuk masing-masing berubah haluan.

Aku harus kembali pada prinsip aku sebelumnya, bahwa perkara pendamping di masa depan biarlah jadi urusan Tuhan. Aku hanya akan berdoa, berharap yang terbaik sambil memacak diri dulu saja. Jika sudah waktunya, dia yang terbaik akan datang dengan sendirinya. Dan segala sesuatunya akan berjalan mulus tanpa kita harus terlalu keras mengusahakannya.

Latest
Previous
Next Post »
0 Komentar